Akhiran penyesalan jikalau terus mengingat kesalahan dalam hal terlambat untuk mengetahui akan sesuatu. Tentang dirimu dan hari yang menurutku kelam.
Sore itu ditengah kesunyian komplek. Aku seorang diri
berjalan lunglai sambil mendengarkan musik melalui penyuara kuping yang
tersambung oleh gawai baru ku. Aku melirik seluruh langit yang berwarna jingga.
Tampaknya langit pun mengetahui isi hatiku ketika mendung muncul di sela-sela langit jingga . Aku menghela nafas. Hati terasa sesak disaat aku mengingat
kembali beberapa jam yang lalu. Air mata yang masih membendung dalam kelopak,
kini ku hapus secara perlahan. Pikiran seperti berbicara pada diri sendiri.
Mengapa aku seperti ini melulu?
Lagi-lagi ku hembuskan nafasku dengan kasar. Menatap
sekeliling, memastikan aku sedih sendirian tanpa diusik oleh siapapun.Namun
siapa sangka? Ternyata yang mengusik ku adalah suara dering pesan singkat dari
seseorang. Aku membuyarkan lamunanku, menatap gawaiku yang memperlihatkan pesan
singkat itu, membacanya dengan teliti.
Seperti dugaan ku, dia meminta maaf perihal kejadian beberapa
jam yang lalu.
Dadaku semakin sesak melihatnya. isi pesan nya begini.
>Hai
Ranti
>Maaf untuk
yang tadi
>Aku tak
bermaksud membuat mu menunggu
>Karena pada
dasarnya kamu mencintai dia
>Jadi aku
tak yakin untuk memperjuangkan seseorang yang tak mencintaiku
>Namun
setelah mengetahui isi hati mu sebenarnya
>Aku menyesal
telah kembali dengan mantanku
>Mengapa
ya ini harus terjadi?
>Kalau bisa
ku putar ulang, aku ingin bersamamu
Bodoh.
Entah kata itu untuk siapa? Tapi aku hanya ingin berkata bodoh.
Aku bingung harus menyalahkan dirinya atau diriku sendiri. Jadi siapa yang terlambat? Dan hal
ini bukan hanya terjadi hari ini saja tetapi lelaki sebelum dia sudah pernah mengalaminy.Terulang lagi dan lagi. Aku muak dengan kisah percintaan ku yang tak
menuju kebahagiaan. Berakhir dengan kesedihan dan akan selalu dipertemukan
kesedihan lagi pastinya.
Aku tak membalas pesan nya. Sampai akhirnya bibirku berkata.
“Bodoh.”
Kali ini aku mengatakan untuk diri sendiri. Karena aku
teralalu bodoh menyatakan perasaan padanya hanya karena ingin menyampaikan
saja. Tapi ternyata perasaanku terbalaskan walau tak bisa bersama.
Aku berhenti berjalan, berjongkok dan menutup wajahku. Hatiku
bergumam pada semesta. Mengapa hal ini terjadi terus menerus kepadaku? Kapan aku
mendapatkan satu kebahagiaan dalam mencintai atau dicintai seseorang?. Aku
masih menangis kala itu. Kemudian berusaha berjalan ke sebuah rumah indekos
yang sementara aku singgah karena jarak kampus dan rumah ini berdekatan.
Aku membuka pintu rumah dan mendapatkan para mahasiswa yang
berkumpul di ruang tengah tepat dimana aku membuka pintu.
“ Hai Ranti, aku beli makanan, mau?” ucap teman dari kamar
sebelah. Ia menunjukan sebuah apel yang sudah dikupas.
Aku menggeleng lemas kemudian menaiki tangga dan masuk ke
dalam kamarku.
Lelah, lelah sekali rasanya. Hati, pikiran tubuh ini rasanya
remuk. Jadi begini kah setelah lelah menunggu seseorang yang tak pasti? Aku
berpikir sejenak setelahnya aku membantingkan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit
kamar lalu mendalami isi pikiranku.
Mungkin aku salah. Salah berhubungan dengan orang yang
memberikan ku hubungan tanpa status. dan salah juga telah menyampaikan
perasaanku kepada orang yang baru ku sadari akan perasaannya.
Dua lelaki yang tak berani bertindak bersama perempuan
sepertiku yang bodoh dalam hal percintaan.
Jadi ucapkan aku selamat karena telah bodoh memakai perasaan.