Kamis, 09 September 2021

SELAMAT

Akhiran penyesalan jikalau terus mengingat kesalahan dalam hal terlambat untuk mengetahui akan sesuatu. Tentang dirimu dan hari yang menurutku  kelam.

Sore itu ditengah kesunyian komplek. Aku seorang diri berjalan lunglai sambil mendengarkan musik melalui penyuara kuping yang tersambung oleh gawai baru ku. Aku melirik seluruh langit yang berwarna jingga. Tampaknya langit pun mengetahui isi hatiku ketika mendung muncul di sela-sela langit jingga . Aku menghela nafas. Hati terasa sesak disaat aku mengingat kembali beberapa jam yang lalu. Air mata yang masih membendung dalam kelopak, kini ku hapus secara perlahan. Pikiran seperti berbicara pada diri sendiri.

Mengapa aku seperti ini melulu?

Lagi-lagi ku hembuskan nafasku dengan kasar. Menatap sekeliling, memastikan aku sedih sendirian tanpa diusik oleh siapapun.Namun siapa sangka? Ternyata yang mengusik ku adalah suara dering pesan singkat dari seseorang. Aku membuyarkan lamunanku, menatap gawaiku yang memperlihatkan pesan singkat itu, membacanya dengan teliti.

Seperti dugaan ku, dia meminta maaf perihal kejadian beberapa jam yang lalu.

Dadaku semakin sesak melihatnya. isi pesan nya begini.

 

>Hai Ranti

>Maaf untuk yang tadi

>Aku tak bermaksud membuat mu menunggu

>Karena pada dasarnya kamu mencintai dia

>Jadi aku tak yakin untuk memperjuangkan seseorang yang tak mencintaiku

>Namun setelah mengetahui isi hati mu sebenarnya

>Aku menyesal telah kembali dengan mantanku

>Mengapa ya ini harus terjadi?

>Kalau bisa ku putar ulang, aku ingin bersamamu

 

Bodoh.

Entah kata itu untuk siapa? Tapi aku hanya ingin berkata bodoh. Aku bingung harus menyalahkan dirinya atau diriku sendiri. Jadi siapa yang terlambat? Dan hal ini bukan hanya terjadi hari ini saja tetapi lelaki sebelum dia sudah pernah mengalaminy.Terulang lagi dan lagi. Aku muak dengan kisah percintaan ku yang tak menuju kebahagiaan. Berakhir dengan kesedihan dan akan selalu dipertemukan kesedihan lagi pastinya.

 

Aku tak membalas pesan nya. Sampai akhirnya bibirku berkata.

 

“Bodoh.”

 

Kali ini aku mengatakan untuk diri sendiri. Karena aku teralalu bodoh menyatakan perasaan padanya hanya karena ingin menyampaikan saja. Tapi ternyata perasaanku terbalaskan walau tak bisa bersama.

Aku berhenti berjalan, berjongkok dan menutup wajahku. Hatiku bergumam pada semesta. Mengapa hal ini terjadi terus menerus kepadaku? Kapan aku mendapatkan satu kebahagiaan dalam mencintai atau dicintai seseorang?. Aku masih menangis kala itu. Kemudian berusaha berjalan ke sebuah rumah indekos yang sementara aku singgah karena jarak kampus dan rumah ini berdekatan.

Aku membuka pintu rumah dan mendapatkan para mahasiswa yang berkumpul di ruang tengah tepat dimana aku membuka pintu.

“ Hai Ranti, aku beli makanan, mau?” ucap teman dari kamar sebelah. Ia menunjukan sebuah apel yang sudah dikupas.

Aku menggeleng lemas kemudian menaiki tangga dan masuk ke dalam kamarku.

Lelah, lelah sekali rasanya. Hati, pikiran tubuh ini rasanya remuk. Jadi begini kah setelah lelah menunggu seseorang yang tak pasti? Aku berpikir sejenak setelahnya aku membantingkan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit kamar lalu mendalami isi pikiranku.

Mungkin aku salah. Salah berhubungan dengan orang yang memberikan ku hubungan tanpa status. dan salah juga telah menyampaikan perasaanku kepada orang yang baru ku sadari akan perasaannya.

Dua lelaki yang tak berani bertindak bersama perempuan sepertiku yang bodoh dalam hal percintaan.

Jadi ucapkan aku selamat karena telah bodoh memakai perasaan.